Membedah Inteligensi
Oleh; Ahmad Tasrifin, M.Pd.
Inteligensi adalah bagaimana orang belajar untuk beradaptasi, lebih selektif dan membentuk lingkungan yang baik dan bebas.[1] Adaptasi di sini adalah bagaimana orang belajar mengatasi masalah dari dunia sekelilingnya yaitu datang dari proses mental internalnya dari mana mereka lahir (ingatan, simbol, manipulasi, kecepatan mentalnya).
Inteligensi dapat ditentukan secara pragmatis berdasarkan pengukuran dengan tes-tes inteligensi dengan baik. Walaupun penjelasan ini mengandung kebenaran, tetapi hanya sedikit saja penjelasan tentang pokok persoalannya, Sulit untuk mendapatkan suatu definisi yang disepakati oleh semua para ahli tentang inteligensi. Spearman menyatakan bahwa inteligensi adalah tiga aktivitas hal-hal yang diperlukan yaitu: kepandaian dari suatu pengalaman, hubungan dari suatu pengajaran, dan hubungan dari suatu pendidikan.[2]
Anastasi et al menyatakan bahwa:
Tes-tes inteligensi umum yang dirancang untuk digunakan anak-anak usia sekolah atau orang dewasa biasanya mengukur kemampuan-kemampuan verbal, tes-tes ini juga mencakup kemampuan-kemampuan untuk berurusan dengan simbol numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya. Ini adalah kemampuan-kemampuan yang dominan dalam proses belajar di sekolah. Kebanyakan tes inteligensi dapat dipandang sebagai ukuran kemampuan belajar atau inteligensi akademik.[3]
Sejalan dengan hal di atas, dengan adanya tes intelegensi diharapkan sekolah dapat mengetahui potensi serta kapasitas akademik dan kebutuhan-kebutuhan siswa, sehingga sekolah dapat memberikan perlakuan yang tepat. Selain itu, tes inteligensi juga dimaksudkan sebagai screening awal posisi siswa dalam kelompok sehingga dapat dikelompokkan dengan sesuai, dan untuk mengetahui sampai dimana perkembangan anak. Dari tes intelegensi, dapat juga diketahui apakah anak memiliki kebutuhan khusus atau justru berbakat di satu atau bahkan banyak bidang.
Menurut Spearman dikutip Sprinthall, inteligensi terbentuk dari dua faktor, yaitu: (1) faktor yang mendasari faktor g (general), adalah kegiatan yang dilakukan oleh kekuatan yang memerlukan keterampilan khusus untuk menghadapi situasi yang khusus misalnya pada kemampuan yang digunakan pada masalah matematika kemampuan yang digunakan pada masalah musik, (2) suatu rangkaian yang sangat khusus yaitu faktor s (spesifik), adalah kegiatan yang memerlukan keterampilan yang lebih khusus untuk mengahadapi situasi tertentu misalnya seseorang yang dominan mempunyai faktor s pada bidang seni rupa maka orang tersebut akan sangat menonjol pada bidang tersebut. Dan faktor g ini kapan saja akan dapat digunakan pada kegiatan faktor s.[4]
Dapat dikatakan bahwa tes inteligensi sebenarnya memiliki peranan penting di sekolah. Hal ini disebabkan tes inteligensi dapat membantu sekolah untuk mengetahui kualitas, bakat, dan minat siswa di sekolah. Selain itu, data yang didapat dari tes inteligensi ini dapat membantu sekolah sebagai data pendukung untuk menentukan perlakuan atau rujukan yang tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
Tes inteligensi yang digunakan di sekolah, di antaranya: Tes inteligensi Binet-Simon (Binet Simon Intelligence Test). Tes ini untuk mengukur tiga aspek yaitu aspek kecerdasan, kepribadian dan arah minat. Untuk aspek kecerdasan terbagi lagi dari 7 kemampuan yaitu:
(1) Kemampuan dalam ruang tiga dimensi, adalah kemampuan memahami dasar-dasar kegiatan yang memerlukan kemampuan mempersepsikan bidang atau ruang 3 dimensi, (2) Kemampuan dasar abstraksi, adalah kemampuan dalam memecahkan masalah yang abstrak, (3) Kemampuan bahasa, adalah kemampuan dalam penggunaan bahasa, (4) Kemampuan dasar berhitung, adalah kemampuan yang menggunakan penalaran dalam berhitung dengan angka, (5) Kemampuan praktis dan logika, adalah kemampuan yang berguna untuk menilai tingkat kecerdasan social dan sikap seseorang terhadap situasi sosial praktis. Karena dengan abstrak dan berpikir praktis dan rasional akan memudahkan seseorang dalam menyesuaikan diri dalam situasi apapun, (6) Potensi verbal/ kapasitas belajar, berhubungan erat dengan prestasi belajar yang di capai di sekolah, (7) Ketelitian kerja/kecepatan kerja, adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan sesuatu tugas tanpa banyak membuat kesalahan. Dalam pengukuran tingkat kecerdasan, Binet-Simon menggolongkan dalam delapan tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh anak-anak dari nilai IQ yaitu (a) IQ > 160 digolongkan dalam Istimewa cerdas, (b) IQ: 140-160 digolongkan dalam Sangat cerdas, (c) IQ: 120-139 digolongkan dalam Cerdas, (d) IQ: 110-119 digolongkan dalam rata-rata cerdas, (e) IQ: 90-109 digolongkan dalam Cukup, (f) IQ: 80-89 digolongkan dalam rata-rata lambat, (g) IQ: 60-79 digolongkan dalam lambat, (h) IQ < 160 digolongkan sangat lambat.[5]
Inteligensi setiap orang berbeda-beda, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut:[6]
- Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak-anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
- Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
- Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Disini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan disekolah pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya.
- Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
- Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Hawadi dikutip Nuryanti menyatakan bahwa, taraf kecerdasan (IQ) menunjukkan kemampuan berpikir anak, kemampuan menggunakan nalar, dan kemampuan memecahkan masalah menggunakan logika. Taraf kecerdasan ini mengelompokkan individu ke dalam skala tertentu, dari yang tingkat inteligensi sangat tinggi sampai kepada yang sangat rendah.[7]
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan betapa pentingnya taraf kecerdasan (IQ) dalam memperlancar dan mempermudah dalam proses belajar siswa. Serta dalam mengevaluasi pemahaman diri agar siswa dapat secara optimal mengembangkan potensi bakat dan minat dalam diri nya demi kesuksesan yang akan diraihnya.
[1] Gary D. Borich. Effective Teaching Methods. New York : Prentice Hall, tth., hal. 61.
[2] C. E. Spearman. 2001. The Name of “Intelligence” and the Principles of Cognition, (ed). Jean Piaget, The Psychology of Intelligence. London and New York: Reutledge Classics., hal. 103.
[3] Anne Anastasi & Susana Urbina. 2007. Tes Psikologi. Jakarta: PT. Indeks., hal. 326.
[4] Norman A. Sprinthall. 1990. Educational Psychology. New York:McGraw-Hill., hal. 431.
[5] Endang Sanusi. 2002. Profil Psikologik. Bekasi: Dimensi, hal. 2.
[6] Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara., cet IV., hal.74-75.
[7] Lusi Nuryanti. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : PT. Indeks, hal. 56.